Assalammua'laikum Warahmatullah Wabarakatuh...
Memahami makna Muhammadarrasuulullaah adalah perkara yang sangat penting
dan mendesak bagi seorang muslim dan muslimah untuk memahaminya. Tidak
cukup seseorang hanya sekedar mengucapkannya saja akan tetapi wajib
bagi dia untuk memahami maknanya dan mengamalkan kosekuensinya secara
lahiriah dan bathiniah.
Adapun makna Muhammadarrasuulullaah yaitu, “Pengakuan dengan lisan dan
diimani dengan hatinya bahwasannya Muhammad bin ‘Abdullah al Quraisy al
Haasyimiy adalah Rasuulullaah (utusan Allah) untuk seluruh makhluk dari
jin dan manusia.” (Syarh Al Ushuul Ats Tsalaatsah, Syaikh Muhammad bin
Shalih Al Utsaimin : 261)
Berkata asy-Syaikh Al Allamah Shalih al Fauzan hafidzahullah tentang
makna Muhammadarrasuulullaah yaitu : “ Pengakuan secara bathin dan
secara dhahir bahwasannya dia (Muhammad) hamba Allah dan utusan-Nya yang
diutus untuk manusia seluruhnya.” (Aqidah Tauhid : 40)
Tentang makna ini Allah subhaanahu wata’aala berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ
“ Dan Kami tidaklah mengutusmu melainkan untuk seluruh manusia.” (Qs. As-Saba’:28)
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
“ Dan katakanlah (Muhammad) : ‘Hai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah kepada kamu semua.’” (Qs. Al A’raf : 158)
Dan dalam sebuah hadits, Rasulullah shalallaahu ‘alahi wasallam bersabda :
“… dan Aku diutus kepada makhluk seluruhnya.” (HR. Muslim dari shahabat Abu Hurairah)
Dalam hadits yang lain Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam bersabda :
“ Dahulu para nabi diutus khusus untuk kaumnya saja, sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Inilah makna Muhammadarrasuulullaah yang harus dipahami oleh seorang
muslim. Seseorang dikatakan memahami makna syahadat yang kedua ini
ketika dia memahami bahwasannya Nabi Muhammad shalallaahu ‘alahi
wasallam adalah seorang manusia biasa, hamba Allah subhaanahu wa
ta’aala yang tidak memiliki hak Rububiyah dan hak uluhiyah sekaligus
beliau adalah seorang Rasulullah (utusan Allah) yang diutus untuk
seluruh manusia. Hamba Allah yang tidak boleh disembah dan utusan Allah
yang tidak boleh didustai.
Makna Muhammadarrasuulullaah tidaklah sekedar ucapan saja tanpa
kosenkuensi, bahkan makna Muhammadarrasuulullaah mempunyai kosekuensi
yang harus dipahami dan diamalkan. Dibawah ini adalah kosekuensi dari
makna Muhammadarrasuulullaah :
Pertama : Menaati perintah Rasulullah shalallaahu ‘alahi wasallam.
Seseorang yang mengucapakan syahadat Muhammadarrasuulullaah maka wajib
untuk menaati Rasulullah shalallaahu ‘alahi wasallam hal ini merupakan
konsekunsi dari syahadatnya.
Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman :
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ [آل عمران:31]
“ Katakanlah (wahai Muhammad) : ‘Jika kamu mencintai Allah ikutilah aku,
niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha
pengampun lagi Maha Penyayang.’” (Qs. Ali Imran : 31)
Ketaatan kepada Rasulullah shalallaahu ‘alahi wasallam merupakan
ketaatan kepada Allah subhaanahu wa ta’aala dan kedurhakaan kepada
Rasulullah shalallaahu ‘alahi wasallam merupakan kedurhakaan kepada
Allah subhaanahu wa ta’aala.
Sebagaimana Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman tentang hal ini:
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا [النساء:80]
“ Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad) maka sesungguhnya dia telah menaati Allah.” (Qs. an Nisa’ : 80)
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللهِ [النساء:64]
“ Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan izin Allah.” (Qs. an Nisa’ : 64)
وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا [الجن:23]
“ Dan barangsiapa yang yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sesungguhnya dia akan mendapatkan (adzab) neraka Jahannam.” (Qs. al Jinn
: 23).
Kedua : Membenarkan apa yang dikhabarkan oleh Rasulullah shalallaahu ‘alahi wasallam.
Ketika seseorang mengikrarkan bahwasanyya Nabi Muhammad shalallaahu
‘alahi wasallam adalah utusan Allah maka wajib baginya untuk membenarkan
khabar-khabar yang datang dari Rasulullah shalallaahu ‘alahi wasallam.
Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman :
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى [النجم :4-3]
“ Dan tidaklah yang diucapkannya itu (al Qur’an) menurut keinginannya,
tidak lain (al Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
(Qs. an Najm : 3-4)
Dalam sebuah hadits Rasulullah shalallaahu ‘alahi wasallam bersabda :
“… tidakkah kalian mempercayaiku sedangkan aku adalah kepercayaan Dzat
yang berada di atas langit? datang kepadaku khabar dari langit setiap
pagi dan sore.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id al Khudry
Radiyallaahu ‘anhu)
Ketahuilah bahwasannya Rasulullah shalallaahu ‘alahi wasallam mengkhabarkan kepada kita tiga perkara :
Bahwasannya Rasulullah shalallaahu ‘alahi wasallam mengkhabarkan kepada
kita tentang dien (agama) ini, tentang rukun islam, rukun iman, perintah
dan larangan.
Mengkhabarkan tentang perkara-perkara yang terjadi di masa lampau dari ummat para Nabi terdahulu dan yang lainnya.
Mengkhabarkan tentang perkara yang akan datang, tentang tanda-tanda
kiamat, adzab dan nikmat kubur, tentang surga dan neraka dan perkara
yang lainnya.
Ketiga : Meninggalkan apa yang beliau shalallaahu ‘alahi wasallam larang dan peringatkan.
Tentang hal ini Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman :
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا [الحشر:7]
“ Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah.” (Qs. al Hasyr : 7)
Berkata asy-Syaikh Al Allamah Shalih Abdul ‘Aziz Alu Syaikh
hafidzahullah : “ Dan apa yang datang dari Rasul dari perintah-perintah
atau khabar-khabar maka ambilah dalam rangka menjalankan perintahnya dan
membenarkan khabarnya dan apa yang kalian dilarang darinya maka
tinggalkanlah, dan apa yang kalian dilarang darinya maka wajib atas
kalian untuk meninggalkannya dalam rangka taat kepada Allah.” (Syarah Al
Ushul Ats Tsalatsah, Syaikh Shalih Alu Syaikh : 296)
Keempat : Tidak beribadah kepada Allah subhaanahu wa ta’aala kecuali
dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shalallaahu ‘alahi wasallam.
Tentang hal ini asy-Syaikh Muhammad Aman Jami’ Rahimahullah berkata: “
Poin ini sangatlah penting dikarenakan banyak diantara manusia telah
menaati Rasul-Nya dan tidak mendustakannya, dia telah meninggalkan
banyak hal dari larangan-larangan dan mengerjakan perintah, akan tetapi
dia beribadah kepada Allah tidak terikat dengan apa yang datang dari
Rasulullah shalallaahu ‘alahi wasallam, dari sini dia terjatuh kepada
perbuataan bid’ah, beribadah kepada Allah dengan tanpa petunjuk di dalam
ibadahnya, tidak sesuai dengan sunnah.” (Syarh Al Ushul Ats Tsalatsah :
77)
Rasulullah shalallaahu ‘alahi wasallam bersabda :
“ Barangsiapa mengerjakan suatu amal yang tidak ada dasarnya dalam
urusan (agama) kami maka amal itu tertolak.” (HR. Imam Muslim dari
‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha)
Kelima : Mendahulukan ucapan Rasulullah shalallaahu ‘alahi wasallam daripada ucapan siapapun.
Hal ini merupakan konsekunsi yang sangat agung dari kalimat ini, sebagaimana Allah ta’aala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ
وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ [الحجرات:1]
“ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan
Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Hujurat : 1)
Berkata asy-Syaikh All Allamah ‘Abdurrahman As Sa’di Rahimahullah : “
Dalam ayat ini terdapat larangan yang sangat keras dari mendahulukan
perkataan selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atas
perkataannya, ketika telah jelas sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam wajib bagi seseorang untuk mengikutinya dan mendahulukannya
atas selainnya, siapapun orangnya.” (Taisiirul Karimir Rahman pada ayat
ini)
Inilah penjelasan dari makna Muhammadarrasuulullaah dan konsekuensinya
yang harus dipahami dan diamalkan secara dzahir dan bathin.
sumber : http://www.semuatentangislam.org/2012/11/memahami-makna-syahadat-rasulullah.html
0 Komentar